Kasih Sayang Ayah
Tidak pernah sedikitpun
terlintas di pikiran ku bagaimana tentang perjuangan ayah. Karena memang sejak
aku kecil, aku selalu ditinggalkan ayah untuk mencari nafkah demi ibu, aku, dan
adikku. Pekerjaan lah yang memaksakan ayah untuk berjauhan dengan kami.
Tepatnya dia sekarang sedang menjalankan tugasnya di Banten. Malam itu, aku
duduk sambil nonton tv bersama ibu dan adik ku. Tiba-tiba suara handphone ibu
berbunyi, dan ibu pun mengangkatnya.
“Ia,
wa’alaikumsalam” terdengar suara ibu menjawab salam.
Aku pun masih dengan keasyikanku menonton tv, dan
ternyata yang nelepon itu ialah ayah.
“Lagi
dimana?” kata ibu sambil mengloadspeakerkan suara telephone nya.
“Masih di
tempat kerja, lagi nunggu hujan reda.” Kata ayah dengan suara lirih.
“Kenapa
belum pulang? Padahal udah malam.” Kata ibu khawatir.
“Tadi ada kecelakaan kecil, waktu
ayah lagi istirahat tanah yang mau dibuat jalan itu longsor, hampir saja beku nya
ikut jatuh, tapi alhamdulillah diselamatkan para pekerja lainnya.”
Aku pun terkejut mendengarnya, tapi aku masih santai
dengan menonton tv. Padahal aku tak pernah merasakan betapa mirisnya yang
sedang di alami ayah pada malam itu.
Setelah lama ayah dan ibu berteleponan, lalu handphonenya
di matikan dan ibu mulai berbicara kepada aku dan adikku.
“Kak, De, kata ayah harus rajin
belajar, agar nanti kelak dewasa kalianlah yang menggantikan ayah bekerja. Saat
ini ayah bekerja siang malam itu hanya untuk membiayai kalian sekolah, agar
suatu saat nanti kalian sukses, dan ayah bekerja itu tidak sia-sia. Saat ini
perusahaan bos ayah sedang ada masalah, jadi kita berdo’a agar ayah dan
pekerjaan nya baik-baik saja”. Lirih ibu.
“Ya
bu.” Jawab ku sekenanya.
“Kapan
ayah pulang bu?” Adik ku angakat bicara.
“Masih
lama.” Jawab ibu.
“Wah,,
padahal dede sudah ingin beli mobil-mobilan yang bagus.” Kata adik ku.
“Hadeuhh.................”
aku menggelengkan kepala. Ibu hanya tersenyum melihat kami berdua.
Pada saat itu juga, aku ingin memeluk ayah, aku tak
pernah memikirkan bagaimana ayah bekerja keras siang malam hanya demi kita
keluarganya. Ayah rela hujan-hujanan di malam hari hanya demi kami. Tapi aku
malah enak-enakan menikmati hasil ayah bekerja. Kini aku tau, betapa besarnya
kasih sayang ayah terhadap kami. Aku bangga memiliki ayah seperti itu, tapi aku
sadar aku belum bisa memberikan yang terbaik untuh ayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar