Selasa, 03 Desember 2013

Cerpen "Kasih Sayang Ayah"





Kasih Sayang Ayah 

          Tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran ku bagaimana tentang perjuangan ayah. Karena memang sejak aku kecil, aku selalu ditinggalkan ayah untuk mencari nafkah demi ibu, aku, dan adikku. Pekerjaan lah yang memaksakan ayah untuk berjauhan dengan kami. Tepatnya dia sekarang sedang menjalankan tugasnya di Banten. Malam itu, aku duduk sambil nonton tv bersama ibu dan adik ku. Tiba-tiba suara handphone ibu berbunyi, dan ibu pun mengangkatnya.
          “Ia, wa’alaikumsalam” terdengar suara ibu menjawab salam.
Aku pun masih dengan keasyikanku menonton tv, dan ternyata yang nelepon itu ialah ayah.
          “Lagi dimana?” kata ibu sambil mengloadspeakerkan suara telephone nya.
          “Masih di tempat kerja, lagi nunggu hujan reda.” Kata ayah dengan suara lirih.
          “Kenapa belum pulang? Padahal udah malam.” Kata ibu khawatir.
“Tadi ada kecelakaan kecil, waktu ayah lagi istirahat tanah yang mau dibuat jalan itu longsor, hampir saja beku nya ikut jatuh, tapi alhamdulillah diselamatkan para pekerja lainnya.”
Aku pun terkejut mendengarnya, tapi aku masih santai dengan menonton tv. Padahal aku tak pernah merasakan betapa mirisnya yang sedang di alami ayah pada malam itu.
Setelah lama ayah dan ibu berteleponan, lalu handphonenya di matikan dan ibu mulai berbicara kepada aku dan adikku.
“Kak, De, kata ayah harus rajin belajar, agar nanti kelak dewasa kalianlah yang menggantikan ayah bekerja. Saat ini ayah bekerja siang malam itu hanya untuk membiayai kalian sekolah, agar suatu saat nanti kalian sukses, dan ayah bekerja itu tidak sia-sia. Saat ini perusahaan bos ayah sedang ada masalah, jadi kita berdo’a agar ayah dan pekerjaan nya baik-baik saja”. Lirih ibu.
          “Ya bu.” Jawab ku sekenanya.
          “Kapan ayah pulang bu?” Adik ku angakat bicara.
          “Masih lama.” Jawab ibu.
          “Wah,, padahal dede sudah ingin beli mobil-mobilan yang bagus.” Kata adik ku.
          “Hadeuhh.................” aku menggelengkan kepala. Ibu hanya tersenyum melihat kami berdua.
Pada saat itu juga, aku ingin memeluk ayah, aku tak pernah memikirkan bagaimana ayah bekerja keras siang malam hanya demi kita keluarganya. Ayah rela hujan-hujanan di malam hari hanya demi kami. Tapi aku malah enak-enakan menikmati hasil ayah bekerja. Kini aku tau, betapa besarnya kasih sayang ayah terhadap kami. Aku bangga memiliki ayah seperti itu, tapi aku sadar aku belum bisa memberikan yang terbaik untuh ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar